Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman
atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
Jika seseorang
mengalami kekurangan gizi, yang terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan,
maka ia akan lebih rentan terkena penyakit dan kurang produktif.
Sebaliknya, jika
memiliki kelebihan gizi akibat asupan gizi yang melebihi kebutuhan, serta pola
makan yang padat energi (kalori) maka ia akan beresiko terkena berbagai
penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan
sebagainya.
Karena itu, pedoman
gizi seimbang disusun berdasarkan kebutuhan yang berbeda pada setiap golongan
usia, status kesehatan dan aktivitas fisik.
Sesuai dengan prinsip
gizi seimbang dan pola makan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS), tidak dapat berlaku sama untuk setiap orang.
Tiap golongan usia, status kesehatan, dan aktivitas fisik masing-masing orang,
memerlukan PGS yang berbeda. Hal ini berbeda dengan pola makan berdasarkan
slogan 4 sehat 5 sempurna (4S & 5S).
Pada saat slogan 4S
& 5S diciptakan sekitar tahun 1950-an, diasumsikan bahwa kebiasaan makan
masyarakat makin sehat sehingga berbagai masalah kesehatan karena kekurangan
dan kelebihan gizi dapat dicegah dan dikurangi. Asumsi ini ternyata tidak
terwujud, baik di Indonesia maupun negara-negara lain, termasuk negara asal 4S
& 5S di AS.
Pedoman Gizi Seimbang
Oleh karena itu
pedoman 4S & 5S sejak awal tahun 1990-an secara internasional telah
digantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang disebut pedoman gizi seimbang
(PGS) dengan alasan sebagai berikut :
Pertama
Susunan makanan yang
terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu sehat, bergantung apakah porsi dan jenis
zat gizinya sesuai dengan kebutuhan.
Contoh, jika pola
makan kita sebagian besar porsinya terdiri atas sumber karbohidrat (nasi),
sedikit sumber protein, sedikit sayur dan buah sebagai sumber vitamin, maka
pola makan tersebut tidak dapat dianggap sehat.
Sebaliknya, jika pola
makan kita terlalu banyak sumber lemak dan protein seperti hidangan yang banyak
daging dan minyak atau lemak, tetapi sedikit sayur dan buah, maka pola makan
itu tak dapat dianggap sehat.
Selain jenis makanan,
pola makan berdasarkan PGS menekankan pula proporsi yang berbeda untuk setiap
kelompok yang disesuaikan atau diseimbangkan dengan kebutuhan tubuh. PGS pun
memperhatikan aspek kebersihan makanan, aktivitas fisik, dan kaitannya dengan pola
hidup sehat lain.
Kedua
Susu bukan “makanan
sempurna” seperti anggapan umum selama ini. Dengan anggapan itu banyak orang,
termasuk kalangan pemerintah, menganggap susu merupakan “jawaban” atas masalah
gizi. Sebenarnya, susu adalah sumber protein hewani yang juga terdapat pada
telur, ikan dan daging.
Oleh karena itu di
dalam PGS, susu ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani
lain. Dari segi kualitas protein, telur dalam ilmu gizi dikenal lebih baik dari
susu karena daya cerna protein telur lebih tinggi daripada susu.
Ketiga
Slogan 4S & 5S
yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak Gizi Indonesia, di tahun
1950-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi, seperti halnya
slogan “Basic Four” di Amerika yang merupakan acuan awal 4S & 5S pada masa
itu.
Basic Four dari AS
yang diciptakan tahun 1940-an bertujuan mencegah pola makan orang Amerika yang
cenderung banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat.
Namun, setelah
dievaluasi tahun 1970-an, ternyata slogan tersebut tidak memperbaiki pola makan
penduduk Amerika, yang disertai dengan meningkatnya penyakit degeneratif
terkait gizi. Sejak itu, slogan “Basic Four” diperbarui dan disempurnakan
menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet” dengan visual piramida.
Di Indonesia sendiri
“Nutrition Guide for Balance Diet” diterjemahkan menjadi PGS yang juga
menggunakan visual piramida. Berbeda dengan Nutrition Guide AS yang berlaku
untuk usia di atas 2 tahun, di Indonesia PGS berlaku sejak bayi dengan
memasukkan ASI eksklusif sebagai Gizi Seimbang.
Secara sederhana, kita
dapat merancang satu pola gizi seimbang hanya dari menekankan pentingnya
membiasakan makan makanan beraneka ragam. Membangun kebiasaan makan beraneka
ragam sebagai penerapan prinsip pertama dari Gizi Seimbang yang universal.
Setiap manusia di mana
saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada
satu pun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh,
kecuali ASI (air susu ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. Makin beragam pola
hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi.
Pola makan bergizi
seimbang mengatur secara proporsional keragaman golongan makanan, baik dalam
jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Beberapa sumber makanan yang
bisa membentuk satu gizi seimbang antara lain sebagai berikut :
Karbohidrat Sebagai
Sumber Energi Utama
Karbohidrat dikenal
sebagai sumber energi utama bagi tubuh, sehingga digolongkan sebagai makanan
pokok. Sumber karbohidrat utama dalam pola makanan Indonesia adalah beras.
Di beberapa daerah,
selain beras digunakan juga jagung, ubi, sagu, sukun dan lain-lain. Sebagian
masyarakat juga menggunakan mi dan roti yang dibuat dari tepung terigu.
Karbohidrat terdiri dari zat “dapat dicerna” dalam bentuk zat gula (glukosa)
dan zat pati dan yang “tidak dapat dicerna” dalam bentuk serat.
Sumber karbohidrat
yang baik adalah yang masih mengandung serat. Ada serat yang larut dalam air
dan yang tidak dapat larut. Walaupun keduanya tidak memberikan zat gizi pada
tubuh, namun serat memberikan manfaat kesehatan.
Serat yang larut dalam
air dapat mengikat lemak di saluran pencernaan dan membuangnya bersama kotoran,
sehingga pada akhirnya menurunkan tingkat kolesterol jahat. Serat ini juga
membantu mengatur penggunaan gula oleh tubuh dan menahan rasa lapar. Serat yang
tidak larut membantu mendorong sisa makanan melewati saluran pencernaan dan
menunjang buang air besar (BAB) secara teratur.
Pada prinsip Gizi
Seimbang, konsumsi gula dibatasi. Konsumsi makanan bergula berlebihan mendorong
timbulnya kegemukan dan segala akibatnya seperti diabetes. Para pakar
menetapkan rentang konsumsi karbohidrat sebesar 45-65 persen energi total.
Protein Memberikan
Berbagai Manfaat Kesehatan
Protein terdiri dari
asam amino. Diantaranya ada yang esensial karena tidak bisa dihasilkan oleh
tubuh dan hanya dapat diperoleh dari makanan. Selebihnya dapat diproduksi oleh
hati bila komponen yang diperlukan tersedia.
Protein memberikan
banyak manfaat bagi tubuh. Yang pertama dan yang terpenting, protein bertanggungg
jawab untuk pertumbuhan dan pemeliharaan semua sel dan struktur tubuh, seperti
tulang, otot, sel darah, kulit dan rambut. Protein juga merupakan unsur utama
enzim yang membantu banyak reaksi kimia dalam tubuh, diantaranya pencernaan.
Protein juga merupakan
bagian dalam produksi hormon seperti insulin, hormon tiroid, estrogen dan
testosteron. Protein untuk makanan kita bisa berasal dari nabati, seperti
kedelai dan kacang2an, atau berasal dari sumber hewani seperti daging, susu dan
olahannya serta telur. Dengan kedelai sebagai pengecualian, hanya protein
hewani yang mengandung semua asam amino dan dalam jumlah cukup.
Adapun makanan nabati
(sumber protein nabati) mengandung asam amino yang kurang lengkap, kecuali bila
kacang-kacangan dikonsumsi secara kombinasi dan bervariasi, sesuai dengan
prinsip pertama Gizi Seimbang. Oleh sebab itu, camilan yang terdiri atas
berbagai jenis kacang-kacangan adalah tergolong camilan yang sehat.
Vitamin Dan Mineral –
Walau Hanya Diperlukan Sedikit Namun Penting
Vitamin dan mineral
adalah zat gizi mikro yang memperlancar proses pembuatan energi dan proses
biologis lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan. Ada banyak
vitamin dan mineral yang dikenal luas, namun ada beberapa yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat.
Masalah kekurangan
vitamin dan mineral merupakan masalah utama yang banyak dialami negara
berkembang, termasuk Indonesia. Vitamin-vitamin yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat adalah vitamin A, berbagai vitamin B, khususnya folat, vitamin B1,
B2, dan vitamin B12, sedangkan mineral-mineral yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat adalah yodium, zat besi, dan zat seng.
Jenis mineral lain
seperti kalsium, mungkin merupakan masalah bagi sekelompok orang yang secara
klinik terkait dengan risiko penyakit, tetapi bukan masalah kesehatan
masyarakat. Vitamin dan mineral terutama banyak terdapat dalam sayur dan buah.
Untuk mempertahankan
kandungan vitamin dan mineral, sayur sebaiknya dihidangkan dalam bentuk mentah
setelah dicuci bersih atau setengah matang sebagai salad atau lalapan.
Masyarakat, terutama
anak-anak, yang kekurangan vitamin A antara lain karena sayur umumnya merupakan
makanan yang kurang disukai di dalam keluarga. Oleh sebab itu sayuran dan
buah-buahan dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin tiap hari.
Sebenarnya makanan sumber
protein hewani adalah juga sumber vitamin dan mineral penting khususnya vitamin
A, zat besi, dan folat yang sangat dibutuhkan ibu hamil. Hanya saja vitamin
yang berasal dari makanan hewani relatif lebih mahal daripada sayur dan buah.
Air
Air merupakan zat gizi
dan unsur yang paling berlimpah dalam tubuh. Makin muda seseorang, makin banyak
kandungan air dalam tubuhnya. Air penting untuk fungsi tubuh, seperti pengatur
suhu tubuh, sistem saraf, cairan otak dan sumsum tulang belakang.
Air diperlukan untuk
melakukan banyak reaksi kimia penting pencernaan dan metabolisme. Untuk menjaga
keseimbangan air dapat dipengaruhi oleh umur, aktivitas fisik, suhu, pola makan
dan status kesehatan (seperti saat hamil dan menyusui, untuk seorang ibu). Pada masyarakat umum, jumlah air yang
dikonsumsi minimum 2 liter atau 8 gelas per hari.
Dengan jargon Empat
Sehat Lima Sempurna, kalimat singkat yang ditanamkan sejak kecil sebagai
pengingat bahwa tubuh memerlukan asupan gizi yang tepat dan seimbang agar tubuh
berada dalam kondisi prima.
Referensi : http://www.doktercantik.com/2334/merancang-satu-gizi-seimbang.html#_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar